Pages

Tuesday, November 6, 2012

Longtrip SEASON 5 Chapter 2 (Saigon inside)

Previous post here


Suatu sore di tepi perempatan tak jauh dari Pham Ngu Lao, saya tertarik mencoba nasi tiwul si mbok. Seorang perempuan berambut putih duduk dibawah rombong tiwul mirip arsitektur dawet ayu, Mak onah namanya. Disebelahnya bendera palu clurit merona berkibar. Setiap sore di tempat ini mak onah menjajakan bermacam snack Saigon: cenil, kue lapis, ketan, dan  tape manis. Kebetulan seorang perempuan yang sedang makan snack Mak Onah berniat baik mengajakku berbicara walau ia tak bisa bercakap bahasa inggris. Dengan bahasa tubuhnya, saya paham dia memberi kode agar saya mengambil tas saya yang terparkir di depan toko tak jauh dari posisi saya duduk di depan Mak Onah dan membawanya bersama saya. Oh, rupanya ketiga lelaki yang sedang mengelilingi kami berdua dan Mak Onah adalah preman Saigon.

......

Malam terakhir di Saigon, saya sekamar di dorm sama mas dikky, turis indo bari Bandung, penghuni baru bui ini, ahaha. Kirain bule Cambodia, abis wajahnya mirip orang khmer.

Pagi2 saya putari kota seharian bersamanya. Sewa motor  5 usd. Capcus to somewhere out of Saigon. Btw, dimana-mana, blog yang nyritain tentang Vietnam pasti nyinggung soal transportasi. Ya, di hari pertama kedatangan saya di Saigon kemarin, udah 2 kali pundak saya diseruduk ama sepeda motor. Belum ada 5 menit, eh, giliran taksi yang nabrak motor di perempatan depan. Ckckck…Astaghfirullah. Itu baru kasus transportasi, belum kasus brandal yang berkeliaran disana sini. Mbak mbak dari Jakarta yang saya jumpai di penginapan harus berlinang airmata gara2 tasnya dijambret! Busyet dah. Ya, akhirnya paspor, dompet, duwit, KTP, SIM, dan foto pacarnya ilang :-SS ketakutan:-SS ketakutan

Coba deh amati perilaku penghuni restoran. Waktu itu, saya makan di restoran muslim Pakistan. Waitressnya punya tugas ganda: melayani dan mengawasi. Tau sendiri lah ya, wajah2 wong pakistan, india, srilanka, dkk yang serem2 itu. Selain kulit hitamnya yang memesona, mata kekar dan badan yg lebar berdiri tegap di belakang meja. Seorang pedagang asongan tiba2 masuk, menawarkan ini itu dan sebagainya. Saya dan mas Dikky asik memilih korek api. Niatnya emang cuma cuci mata, gak ada niat beli. Dari tadi mas asongan ini nyosor terus nawarin barangnya, sebagai orang jawa kan kita jadi sungkan tho ya. Akhirnya kami menolak dengan sangat halus (setelah hampir 15 menit). Untung ada mas waitress gagah yang jaga, kalo nggak, sumpeh deh, muka kita bedua udah bonyok dihajar mas asongan!

Setelah mas asongan yang tidak diketahui namanya itu lenyap, dua orang cewek Vietnam yang sedang makan disebelah kami, Maya & Begh, menyapa kmi. Mereka bercerita banyak tentang bengisnya para pedagang asongan disini. Kalo kita emang gak niat beli mending tolak, bilang “NO” dengan tegas dari awal sampai dia pergi, tanpa perlu melihat2 barang. Otherwise, mereka akan menghadiahkan sebuah tato manis dimuka kita &lt):) koboi &lt):) koboi &lt):) koboi

Tendency. Ya, pada umumnya mereka seperti itu. Jangan khawatir, gusti Allah menciptakan dunia ini amat cantik dengan banyak orang2 baik, orang yang selalu mengisi blog dengan catatan informatif seputar traveling yang menarik dan serbaguna. Jadi, tak semua pedagang asongan Saigon bermain kasar :) senang

Tips ringan ini semoga bermanfaat: hati2 berjalan kaki, jaga barang bawaan, keep away from stranger.

Bersambung…

NEXT: SEASON 5 Chapter 3

No comments:

Post a Comment