Previous post here
Dari kerajaan Kamboja ke Kerajaan
Thailand meninggalkan jejak romantis di ujung Khaosan. Namun perjalanan saya
tak henti disini. Thailand memang tak pernah jemu untuk dijelajahi dan selalu
menggoda hasrat wisata. Perbatasan dataran tinggi du bagian utara menyajikan
pesona tersendiri. Bukan Chiang Mai yang saya akan telusuri kali ini, akan
tetapi provinsi kecil yang jauh dari capaian turis awam, Nakhon Phanom dan Nong Khai di perbatasan.
Saya satu-satunya penumpang Thai Air Asia berkebangsaan non-Thai yang terbang menuju Nakhon Phanom. Setiba di bandara mata saya bingung mencari-cari
tulisan bahasa inggris untuk pool damri. Seperti lumrahnya bandara di kota-kota
lain, seharusnya bandara ini memiliki pool damri yang mengantarkan penumpang ke
titik-titik di pusat kota. Namun tidak demikian untuk Nakhon Phanom. Bandara mungil
ini tergolong “belum dewasa” dari segi fasilitas. Akhirnya saya dipersilakan
membeli tiket minivan untuk menuju pusat kota. Saya tak memiliki draft
itinerary untuk menghabiskan hari disini.
Sepanjang perjalanan dalam minivan
saya coba mengobrol dengan semua penumpang berharap dapat informasi terkini dari
mereka seputar tempat menarik yang bisa saya kunjungi disini. Hasilnya NOL
BESAR. Namun akhirnya saya dapat referensi dari pak sopir penginapan murah
dekat sungai mekong. Oke, I take it!
Setelah cek in, saya langsung
menghabiskan sore di sepanjang sungai mekong. Kehidupan ekosistem mekong inilah
satu-satunya yang menarik saya untuk dinikmati sampai larut malam ditemani
seonggok jagung bakar.