Selepas bermanja
semalaman dengan hammock di luar (got up at 10.00 am, was my good sleep ever), hari ini saya akan
menemui Vannak, seorang sarjana Cambodia yang menekuni pertanian sebagai bidang
kerjanya. Seperti Damian, dia akan menampung saya malam ini. Siang hari saya
pamit pada Damian menuju rumah kos Vannak. Seumuran dengan saya dan layaknya
warga pendatang yang mengadu nasib di ibukota, dia menyewa kamar kos di Phnom
Penh semasa kuliah hingga lulus dan bekerja sampai sekarang. Kamarnya sama
dengan kamar kosku, berukuran sedang, sederhana tanpa ranjang, dan dilengkapi
sebutir kipas angin untuk sekedar mengusir panas dan nyamuk malaria. Ya,
Cambodia termasuk salah satu negara di dunia dengan kasus malaria tinggi. Itulah
kenapa kebiasaan orang Cambodia selalu memasang Musquito net di kamarnya. Tak
tanggung-tanggung, mosquito net-nya 2x lebih lebar melebihi ukuran ranjang
sebenarnya!
Vannak tinggal
bersama seorang adiknya yang sedang menempuh kuliah semester 2. Sama dengan
Vannak, adiknya pendiam dan pemalu. Yah, calm guy, tipikal Cambodian. Baju putih berkerah
lengan panjang adalah kostum nasional mereka, kalo ditambah kacamata item ama topi musisi, jadinya kayak di film indo
taon 80-an. Klasik modern. I like
that! Mereka berbicara dengan nada rendah dan pelan.
Ah, pasti mereka shock melihat cowok cowok indo yang banyak tingkah dan lebbay!
Dan akan sangat aneh rasanya jika ada cewek cowok Cambodia yang ampyuuun alay beud cyiiiiint!!!
Vannak ingin agar adiknya bisa berbahasa inggris dengan mengajaknya ngobrol dengan teman2 asing (termasuk saya). Baginya tak banyak orang Cambodia yang pandai cakap bahasa inggris. Itulah kenapa Vannak selalu mengajak orang asing untuk tinggal bersamanya. “Selain bertukar pikiran, cerita, dan pengalaman traveling, berinteraksi secara langsung mampu mengasah kemampuan bahasa inggris”, begitu kata Vannak. Co cweet J
Usai sarapan
(they made their deli home-made food!), saya dan Vannak motoran keliling kota
mengunjungi museum killing field, Palace, dan kampus tempat Vannak kuliah. Puas
jalan-jalan, kami mampir di Russian market untuk cuci mata, belanja, makan soto dan minum es tebu (jauh-jauh ke Kamboja? Cuma mau ngrasain es tebu??? Di pasar turi seabrek, bang)
Esoknya, giliran
Pagoda dan Koh Phi sampai larut malam. Ingat peristiwa tragis di jembatan yang menelan puluhan korban jiwa?
Jembatan inilah pelakunya!
Pagi terakhir di Phnom Penh, Vannak mengantar saya ke konter bis Akas (lupa
nama bisnya) yang akan mengantar saya ke Siem Reap. Akan ada kawan baru disaa
yang menjemput saya. Masalahnya, saya kehabisan pulsa. Saya pinjam hp seorang
cewek yg duduk disamping saya untuk menelpon Veasna. Untung mbak ini bisa basa
inggris
No comments:
Post a Comment