Previous post here
Berhubung saya
hanya sebentar saja di bandara ini, niat untuk keluar bandara dan jalan2 saya
urungkan dulu. Waktu 5 jam di Kinabalu saya habiskan dengan OL, makan, dan
tidur.
Ada dua terminal
di bandara Kota Kinabalu (KK), terminal 1 dan 2, dua-duanya dihuni maskapai
internasional dan lokal. Bingung? Haha, iya bingung. Lebih bingung lagi jika
tiket yang dipegang tidak tertulis jelas di bandara mana pesawat akan mendarat.
Seperti yang kualami. Airasia dari Taipei mendarat di terminal 1 sedangkan
Malaysia Airlines yang akan membawaku ke Brunei berangkat dari terminal 2.
Selain waktuku habis untuk OL, makan, dan tidur, pindah antar terminal juga
membutuhkan waktu yang tidak sebentar karena letaknya cukup jauh, 15 minit by
teksi jika tidak macet.
Ingin sekali rasanya
singgah disini beberapa hari untuk keliling menapaki kota yang sedang tumbuh
ini. Kinabalu memiliki pantai, hutan, dan gunung yang indah. Letaknya strategis
di ujung Borneo, dan bersanding dengan Filipina, Brunei, Taiwan dan China,
serta Hongkong dan Macau.
Sebenarnya apa
sih yang menjadikan kota ini tampak bagus dan tumbuh begitu cepat? Ya, seindah
dan sebagus-bagusnya tempat wisata negara tetangga, rasanya masih kalah jauh dibanding
negaraku. Hanya saja, bedanya, Indonesia belum berani menggarap pasar dari peluang
besar usaha di sektor wisata, entah kenapa. Sedangkan KK begitu dinamis bergerak
maju sehingga menjadikan Kinabalu sebagai destinasi favorit wisatawan. Seakan
ingin menyaingi Brunei yang hanya berukuran sepadan sekecil KK, terlihat sekali
usaha pemerintah Malaysia memajukan sektor pariwisata di kota ini. Mulai dari
perombakan fasilitas umum dari dan menuju titik titik wisata termasuk jalur
darat Brunei-KK, hingga dibukanya rute-rute penerbangan langsung ke berbagai
negara seperti Hongkong, Manila, Brunei, China, Taiwan, Korsel, dan Indonesia
(Jakarta dan Bali). Apa yang mereka jual dari rute penerbangan langsung ini?
Gunung Kinabalu! Bagaimana wisatawan asing bisa tahu gunung ini? Promosi
besar2an! Promosi yang mengatakan Gunung Kinabalau adalah gunung tertinggi di
Asia Tenggara. Oh, ya? Coba bandingkan berapa banyak wisatawan asing yang tahu
tentang Gunung dan Puncak Jaya di Papua!
Dimanapun,
tempat apapun, semua memiliki potensi wisata. Jika potensi ini digali dengan
serius dan dikerjakan secara professional disertai dukungan penuh, semua sektor
akan tumbuh beriringan. Politik, pendidikan, ekonomi, seni dan budaya. Itulah
yang sedang dilakukan oleh kota ini, membangun wisata. Terbukti, 5 jam di KK
membuatku ketagihan. Sempat kuintip sudut kota dari dalam jendela taksi. Gairah
masyarakat menyatu dengan semangat urban, disisi lain alam yang menakjubkan menyapaku
dari cakrawala, dibalik pegunungan itu. Bisa atau tidak, jelas suatu saat nanti
saya akan kembali kesini, menaklukkan gunung itu. Semoga waktu transit yang
singkat ini memberiku cukup pelajaran untuk lebih mencintai wisata, dimanapun.
NEXT: SEASON 4 Chapter 7 (bag 3)
NEXT: SEASON 4 Chapter 7 (bag 3)