Previous post here
Hari ini libur nasional. Seluruh pemuda Saigon beramai-ramai berlibur ke utara (Nha Trang, Da Lat, dst) dan
barat (Phnom Penh, Siem Reap). Katanya mereka suntik, eh suntuk, dengan kehidupan Saigon yg serba semrawut.
Rencanaku ke utara (Nha Trang, Hoi An dan sekitarnya) batal gara2 seat penuh.
Bis, kereta, pesawat. Baru ada seat ke utara 4 hari kedepan. Ough, seat!!!!
Setelah studi banding ke semua agen travel di seluruh Pham Ngu Lao, ada jatah
satu kursi kosong menuju barat karena 1 penumpang cancel. "OK sir, I take that
seat!" kataku.
Bis Kumho mengantarku dari depan
penginapan menuju Phnom Penh. USD 10 oneway. Tak ada yang langsung menuju Siem
Reap karena tiket bus kesana amblas semua. Tak apalah, Phnom Penh juga menarik
kok, batinku. Last minute, aku coba kontak local traveler disana di salah satu
forum traveler via internet. Sekalian antisipasi, booking penginapan di Phnom
Penh. Dapat tarif IDR 100rb/malam. Em, cucok la…Selang beberapa menit, request
terjawab. Alhamdulillah, dua traveler bisa menampungku di Phnom Penh. "Guys,
your response is just faster than a thunder", kataku. Ouyeah..!!
Border |
Dia menawari sepotong hotdog. "Don’t
worry, no pork inside! I know you’re Muslim", katanya sambil senyum. Ya, sejengkal
emas di Papua ditukar dengan sepotong hotdog tanpa babi.
Selepas maghrib bus menyeberang
selat sempit di atas ferry. Tinggal beberapa jam lagi mendarat di Phnom Penh.
Sudah ada yg menungguku disana, mister Damn. Eh kliru, mister Damian.