Thursday, November 24, 2011

Fortunately I am lost!


If you want to know your country, travel.
If you want to see the world, travel.
If you want to learn languages, travel,.
If you want to find friends, travel.
If you want to learn geography, architect, travel.
If you want to respect religions & cultures, travel.
If you want to open your mind...
TRAVEL...

Ada ketakutan bagi sebagian orang ketika hendak menyambangi tempat asing. Terlebih saat akan melancong ke luar negeri. Kekhawatiran jumlah uang, buta peta, dan kendala bahasa adalah faktor utama yang membuat mereka berfikir ribuan kali untuk jadi “bule”. Dan diantara ketiga faktor tersebut (uang, peta, bahasa), yang paling sering dibahas adalah nekat (kok bisa???). Haha, iya. Ini versi saya. Maaf saya menghakimi istri anda (lhooo..)

Uang? No more expensive. Bukanlah hal baru kalau WNI sudah banyak yang berplesiran ke luar negeri. Liburan ke luar negeri bukan hanya untuk para koruptor. Luar negeri bukanlah barang mewah. Banyak tiket pesawat murah. Itulah kenapa saya punya bisnis travel. Promo nih, yeee :"> pipi memerah 

Peta? Kan ada peta elektronik. Bejibun di internet, banyak aplikasi peta di hape. Hari gini hapenya Cuma bisa SMS ama telpon??? Buang ke laut jawa aja!

Bahasa? TOEFL aja bisa online... translator di internet juga siap bantu. Bukannya di laptopmu ada transtool nya? Kurang apa coba??????

Nekat? Nah, ini yang gk ada program aplikasinya di hape. Tapi bener lho, coba deh dipikir lagi. “Hari gini mana ada orang jalan-jalan keluar negeri dengan hanya modal nekat?” Itu kan yang ada di pikiran Anda? Ingat ya, banyak orang sepakat dengan frase “Indonesia negara berkembang”. Ini menunjukkan betapa dari dulu kita hanya berkembang (malah lebih banyak kempisnya). Dan anehnya kita mengangguk saja tanda sepakat. Seolah-olah kita tidak mau disebut sebagai negara maju (lalu apa hubungnnya dengan nekat?). Oh iya...

Anda pasti sudah membaca tulisan saudara saya, mas Rhenald (yang belum, silakan simak disini). Selain tulisan itu, akhir-akhir ini banyak buku membahas hal serupa. Well, tanpa menyebut nama bukunya (baca: lupa) pada umumnya saya sepakat dengan isinya. Semua mengajarkan betapa pentingnya kemandirian dan percaya diri. Itulah yang bisa mengangkat harkat dan martabat kita sebagai satu-satunya bangsa didunia yang memiliki ribuan pulau, bahasa, dan adat istiadat.

Kembali ke awal, saya adalah mahasiswa yang punya hobi jalan-jalan (baca: traveling). Hampir setiap awal semester saya merencanakan liburan untuk semester saya. Itu artinya liburan saya untuk semester depan sudah saya rencanakan mulai hari ini. Kenapa? One simple reason: biar dapat tiket murah (banget) keluar negeri!  Selanjutnya, saat semester berjalan saya tinggal menyisihkan sedikit demi sedikit beasiswa saya untuk dihabiskan di negara tujuan. Caranya, mengurangi jumlah makan (dari 3 menjadi 1-2x sehari), jalan kaki ke kampus (saya tidak bawa sepeda motor untuk ke kampus karena memang ndak punya, dan sepeda onthel sudah saya wariskan), lalu puasa senin kamis (ini yang paling jarang, haha..)

Saya tidak pernah berpikir kemana saya akan pergi dan tempat apa yang saya akan kunjungi. Begitu ada tiket murah langsung saya beli. Saya biarkan angin membawa saya terbang menemukan teman baru, tempat baru, keluarga, mungkin juga jodoh, hehe... kan katanya jodoh sudah ada yang atur (tul ngga’?). Saya bukanlah orang yang sistematis mengatur jadwal, bukan pula orang yang tertib. Saya merasa nikmat menjalani apa yang ada, dan satu lagi...saya paling suka kemendadakan, nekat, dan spontan. Those are so called, art. Rasanya gimanaaa gitu...seperti ada orang lain dalam diri saya ketika itu terjadi. Ada sebuah perintah dari otak yang entah sadar atau tidak tiba-tiba begini, begitu, seperti ini, seperti itu. Asik aja, gitu...

Saya tidak pernah bingung nanti di Thailand mau ngapain, di Singapur takut kehabisan duwit, di Jepang takut nyasar, di Perancis mau nginep dimana. Atau, boleh nggak ya, pake kaos oblong ama sandal jepit di imigrasi bandara Jeddah? They are bullshit! Buang pikiran itu jauh2. Iam not lost as long as Iam on my earth.

Percaya atau tidak, banyak hal unik terjadi ketika saya nyasar di negara tujuan. Ketika saya hendak trip ke Singapore, flight saya 07.25, saya baru berangkat menuju bandara pukul 06.45 dan parkir di parking lot Adi Sucipto 07.05. Tapi saya tetap bisa terbang tuh. Saat nyasar pertama kali mendarat di Changi, nyasar cari hotel (hampir 2 jam), semua berjalan begitu indah. Haha... begitu pula saat saya diusir petugas stasiun Okayama karena ketiduran, akhirnya saya menghabiskan musim dingin di Jepang malam itu di pinggir jalan. Saya tidur berselimut sleeping bag disamping perempatan. Mau dikatain gelandangan, street children...persetan yang penting saya tidur. Demikian juga saat kehabisan duwit di Pekanbaru hingga saya dapat Temanbaru. Ceritanya tak bisa saya ungkap disini. Semua saya simpan sebagai pengalaman indah. Cukup senyum saja :) senang

Beda dengan para eksekutif kantoran yang mengantongi ratusan credit card (emang ada ya???) sehingga bisa “sekarepe dewe” booking hotel dan beli tiket pesawat kapanpun, masyarakat golongan agak berkecukupan (malu mau bilang golongan bawah, hehe) seperti saya,  putar otak untuk menyisihkan uang jajan kampus dan harus betah melek mantengin website penerbangan biar dapat promo flight. Sekali lagi, semua ada seninya. Di beberapa buku seringkali diulas tentang otak kanan dan spontanitas. Setelah saya baca-baca, benar. Itu terjadi! Ternyata yang bekerja adalah otak kanan saya. Saya baru ngeh, ternyata saya tidak memiliki kepribadian ganda, hihihi

Puji tuhan ya, Alhamdulillah sampai sekarang saya masih bisa pulang kerumah, bisa cium pipi kedua orang tua saya. Saya selamat dari gempa dan tsunami di Jepang 11 Maret 2011. Doa mereka dikabulkan :) senang:) senang:) senang



No comments:

Post a Comment