Friday, August 30, 2013

WHV 3 (Pengantar)

Previous post here

Saya mengenal WHV dari seorang kawan bernama mas Rio. Kami sharing tentang berlibur di luar negeri sambil bekerja. Wah, tentu asyik! Itu yang ada dalam pikiran saya. Kalau bisa jalan-jalan ke luar negeri sambil bekerja secara resmi pastilah sangat amat menyenangkan sekali banget. Akhirnya saya googling dan yahooing lebih jauh tentang WHV di internet. Saya telpon langsung kantor imigrasi jakarta seputar persyaratan mendapatkan WHV. Kuota WHV dari Indonesia untuk Australia tahun itu sejumlah 100 orang per tahun *alamak! Jauh bingit kalo dibanding jumlah penduduk Indonesia yang dua ratus juta sekian sekian itu. Jumlah pemudanya aja jutaan. No worries lah pokoke, akhirnya  saya nekat. Semua amunisi saya siapkan, persenjataan komplit, dokumen lengkap. Saya daftar langsung capcus ke Jakarta. Ternyata omaygat! Antrian di depan kantor imigrasi sudah mengekor seanak kambing. Pintu dibuka pukul 08.00 tet tapi yang antri dari subuh udah bejibuan, bahkan ada yang nginep *busyet! Nekad lu ndrooo! Yoweslah saya pulang sambil meratapi nasib.

Saya tak berhenti sampai disitu. Saya teruskan belajar dan lebih rajin kuliah hingga akhirnya saya lulus skripsi dan diwisuda menjelang akhir 2012 *terharu LoL. Sambil menghabiskan masa setahun saya luangkan waktu untuk menjelajah benua Asia dan Timur Tengah separo demi separo. Hampir 20 negara saya arungi sejak saya kuliah. Saya tak punya target nilai skripsi A atau AB atau lulus kumlot karena itu sudah mainstream. Target saya lulus kuliah adalah 24 halaman paspor penuh stempel! Syukur Alhamdulillah, target terlampaui.


Angin segar berhembus setahun kemudian. Kuota WHV untuk Indonesia bertambah jadi 1000. Iiiiiiyesss! Kali ini amunisi saya jauh lebih matang, senjata sudah lebih mumpuni karena saya sudah pegang ijazah. Singkat cerita, Juni saya submit aplikasi lewat internet, seminggu kemudian wawancara, akhir Juni submit dokumen dan surat keterangan lolos wawancara di AVAC Denpasar, Juli Medical Check Up di Surabaya, 13 Agustus visa granted *sujud syukur.

NEXT: WHV 4

Monday, August 5, 2013

WHV 2 (Australia selayang pandang)

Previous post here

Jika kalian harus menebak apa yang saya pikirkan ketika mendengar “Australia”, maka jawaban kalian benar. Iya, ho oh. Pertama yang ada di pikiran saya adalah kanguru, aborigin, dan ketiga, opera. Tapi tahukah kalian darimana pertama kali saya mengenal negara benua ini?

Dulu saya ngefans dengan salah satu group band paling terkenal di Indonesia. Seluruh albumnya kondang dari Aceh sampai Banyuwangi, dari Jakarta hingga Papua. Lagunya mengilhami banyak orang karena liriknya penuh semangat. Group band inilah yang pertama kali mengenalkan saya tentang “negeri wool”. Bukan hanya itu, dia juga mengenalkan saya pada Cina, Jepang, Amerika dan beberapa negara lain di dunia ini. Sampai saya menulis posting ini, sudah tiga kali saya berkunjung ke Jepang. Negara terakhir yang saya singgahi sebelum Australia adalah Cina, Hongkong, dan Macau.


Kata seorang teman yang mengutip sebuah ayat-ayat backpacker: “di kejauhan dan kesendirian, hati akan lebih merasakan dekapan Tuhan”, memberikan saya satu pandangan tentang hijrah, perjalanan untuk mengenal diri, manusia dan alam, menjauhkan diri dari rasa angkuh, dan mendekatkan diri kepada tuhan. Terilhami oleh group band favorit saya kala itu, Trio Kwek Kwek, dan ayat-ayat backpacker, rasa penasaran saya oleh kanguru dan orang orang aborigin kini terobati sudah.

NEXT: WHV 3