Saturday, December 15, 2012

SEASON 5 Chapter 3 (Khnyom Ckmoh Adi)


Previous post here

Hari ini libur nasional. Seluruh pemuda Saigon beramai-ramai berlibur ke utara (Nha Trang, Da Lat, dst) dan barat (Phnom Penh, Siem Reap). Katanya mereka suntik, eh suntuk, dengan kehidupan Saigon yg serba semrawut. Rencanaku ke utara (Nha Trang, Hoi An dan sekitarnya) batal gara2 seat penuh. Bis, kereta, pesawat. Baru ada seat ke utara 4 hari kedepan. Ough, seat!!!! 

tiket
Setelah studi banding ke semua agen travel di seluruh Pham Ngu Lao, ada jatah satu kursi kosong menuju barat karena 1 penumpang cancel. "OK sir, I take that seat!" kataku.

Bis Kumho mengantarku dari depan penginapan menuju Phnom Penh. USD 10 oneway. Tak ada yang langsung menuju Siem Reap karena tiket bus kesana amblas semua. Tak apalah, Phnom Penh juga menarik kok, batinku. Last minute, aku coba kontak local traveler disana di salah satu forum traveler via internet. Sekalian antisipasi, booking penginapan di Phnom Penh. Dapat tarif IDR 100rb/malam. Em, cucok la…Selang beberapa menit, request terjawab. Alhamdulillah, dua traveler bisa menampungku di Phnom Penh. "Guys, your response is just faster than a thunder", kataku. Ouyeah..!! *:-)/\:-) toss

Border
Bis menempuh 6 jam perjalanan (plus transit di border & restoran). Seorang American duduk di sebelahku, Jim, berbadan besar ngglembosi mirip si perompak kaki kelinci Mission Impossible. Berkali kali menyanjungku karena seorang Indonesian melancong ke Vietnam semata mata karena melancong. Kagak cuman gue ajah mister, lainnya banyak kaleeeee! Batinku. Jim juga memuji Indonesia karena presidennya yg sekarang punya darah Indo. Oh, ya? Bukannya orang Amrik suka memuji Indo karena semua warganya hidup dari lahan basah negara ini? batinku.

Dia menawari sepotong hotdog. "Don’t worry, no pork inside! I know you’re Muslim", katanya sambil senyum. Ya, sejengkal emas di Papua ditukar dengan sepotong hotdog tanpa babi.

Selepas maghrib bus menyeberang selat sempit di atas ferry. Tinggal beberapa jam lagi mendarat di Phnom Penh. Sudah ada yg menungguku disana, mister Damn. Eh kliru, mister Damian.

Tuesday, November 6, 2012

Longtrip SEASON 5 Chapter 2 (Saigon inside)

Previous post here


Suatu sore di tepi perempatan tak jauh dari Pham Ngu Lao, saya tertarik mencoba nasi tiwul si mbok. Seorang perempuan berambut putih duduk dibawah rombong tiwul mirip arsitektur dawet ayu, Mak onah namanya. Disebelahnya bendera palu clurit merona berkibar. Setiap sore di tempat ini mak onah menjajakan bermacam snack Saigon: cenil, kue lapis, ketan, dan  tape manis. Kebetulan seorang perempuan yang sedang makan snack Mak Onah berniat baik mengajakku berbicara walau ia tak bisa bercakap bahasa inggris. Dengan bahasa tubuhnya, saya paham dia memberi kode agar saya mengambil tas saya yang terparkir di depan toko tak jauh dari posisi saya duduk di depan Mak Onah dan membawanya bersama saya. Oh, rupanya ketiga lelaki yang sedang mengelilingi kami berdua dan Mak Onah adalah preman Saigon.

......

Malam terakhir di Saigon, saya sekamar di dorm sama mas dikky, turis indo bari Bandung, penghuni baru bui ini, ahaha. Kirain bule Cambodia, abis wajahnya mirip orang khmer.

Pagi2 saya putari kota seharian bersamanya. Sewa motor  5 usd. Capcus to somewhere out of Saigon. Btw, dimana-mana, blog yang nyritain tentang Vietnam pasti nyinggung soal transportasi. Ya, di hari pertama kedatangan saya di Saigon kemarin, udah 2 kali pundak saya diseruduk ama sepeda motor. Belum ada 5 menit, eh, giliran taksi yang nabrak motor di perempatan depan. Ckckck…Astaghfirullah. Itu baru kasus transportasi, belum kasus brandal yang berkeliaran disana sini. Mbak mbak dari Jakarta yang saya jumpai di penginapan harus berlinang airmata gara2 tasnya dijambret! Busyet dah. Ya, akhirnya paspor, dompet, duwit, KTP, SIM, dan foto pacarnya ilang :-SS ketakutan:-SS ketakutan

Coba deh amati perilaku penghuni restoran. Waktu itu, saya makan di restoran muslim Pakistan. Waitressnya punya tugas ganda: melayani dan mengawasi. Tau sendiri lah ya, wajah2 wong pakistan, india, srilanka, dkk yang serem2 itu. Selain kulit hitamnya yang memesona, mata kekar dan badan yg lebar berdiri tegap di belakang meja. Seorang pedagang asongan tiba2 masuk, menawarkan ini itu dan sebagainya. Saya dan mas Dikky asik memilih korek api. Niatnya emang cuma cuci mata, gak ada niat beli. Dari tadi mas asongan ini nyosor terus nawarin barangnya, sebagai orang jawa kan kita jadi sungkan tho ya. Akhirnya kami menolak dengan sangat halus (setelah hampir 15 menit). Untung ada mas waitress gagah yang jaga, kalo nggak, sumpeh deh, muka kita bedua udah bonyok dihajar mas asongan!

Setelah mas asongan yang tidak diketahui namanya itu lenyap, dua orang cewek Vietnam yang sedang makan disebelah kami, Maya & Begh, menyapa kmi. Mereka bercerita banyak tentang bengisnya para pedagang asongan disini. Kalo kita emang gak niat beli mending tolak, bilang “NO” dengan tegas dari awal sampai dia pergi, tanpa perlu melihat2 barang. Otherwise, mereka akan menghadiahkan sebuah tato manis dimuka kita &lt):) koboi &lt):) koboi &lt):) koboi

Tendency. Ya, pada umumnya mereka seperti itu. Jangan khawatir, gusti Allah menciptakan dunia ini amat cantik dengan banyak orang2 baik, orang yang selalu mengisi blog dengan catatan informatif seputar traveling yang menarik dan serbaguna. Jadi, tak semua pedagang asongan Saigon bermain kasar :) senang

Tips ringan ini semoga bermanfaat: hati2 berjalan kaki, jaga barang bawaan, keep away from stranger.

Bersambung…

NEXT: SEASON 5 Chapter 3

Friday, October 19, 2012

Graduate syndrome

Maaf, sebulan lebih tak update blog. Orderan lagi macet :p
Si empunya blog masih sibuk ngurus wisuda. Ya, prosesi paling keramat bagi seluruh mahasiswa di dunia. Mengenyam bangku kuliah empat tahun untuk menyibakkan kuncir dan bersalaman dengan rektor adalah saat yang paling dinanti sebelum menerima ijasah.

Tapi, ternyata ngurus wisuda tak semudah yang saya bayangkan. Buktinya, skripsi saya sudah dijedok "B" (mahasiswa patut bangga atas apa yang mereka peroleh, sayangnya saya termasuk segelintir mahasiswa yang membanggakan "angka" itu dengan memposting di blog ini) sejak lebih dari setahun yang lalu. Bukan IPK dibawah 3 atau nilai "B" ( C pun saya terima dan masih akan saya posting disini) yang bukan dalam daftar target nilai skripsi impian mahasiswa, saya baru bisa mengantri untuk dapat "pinjaman" toga dari kampus karena setelah kejadian sidang skripsi itu, jumlah SKS saya masih belum mumpuni untuk ditukar dengan sebilah kuncir toga. Maklum, kuliah memang utama tapi traveling wajib hukumnya. Gara2 menuntut kewajiban, tak terasa 2 tahun adalah waktu cukup singkat untuk ukuran masa molor kuliah. 

Tahun keenam ini adalah masa terakhir saya menikmati merdunya suara dosen saat ceramah dikelas sarjana. Kelas komunikasi dimanapun emang tak pernah mati, selalu riang oleh ekspresi dosen dan polah tingkah mahasiswanya. Satu-satunya kelas di dunia yang mewajibkan mahasiswanya untuk nonton film di bioskop (minimal nyewa keping cd untuk ditonton rame2 dikelas), dan satu-satunya jurusan di dunia yang punya kelas cosplay!

Terimakasih tak terhingga untuk seluruh keluarga komunikasi: kawan2 seperjuangan, karyawan, staff, dan dosen. Keikhlasan berbagi ilmu dan mengajar adalah amal yang tak ternilai harganya. Semoga saya bisa melanjutkan perjuangan kalian mengajarkan kebaikan kepada generasi penerus negeri ini.

Untuk calon alumni, selamat berwisuda. Jangan telat, dan jangan lupa kuncirnya :D
O, iya hampir kelewat. Almamater tercinta, sang ksatria Airlangga, di timur jawa dwipa engkau bertakhta. Namun semerbak wangimu tercium sampai ujung samudera. Hiduplah Indonesia Raya


 

Monday, October 1, 2012

SEASON 4 Chapter 7 (Darussalam Here I Come) bag 3

Previous post here


Sembari menunggu flight ke Brunei dari terminal 2, menikmati suguhan pemandangan KK diluar sana seakan menjadi satu2nya penghibur rasa lapar saya selain dada ayam goreng ini. Ngomong ngomong menu KFC Sabah nasinya lebih gurih. Seperti ada bumbu melayunya. Semua menu KFC di indo nasinya sama, hanya ayamnya yang di permak dengan lada hitam. Disini, selain lada hitam panas pedas, tekstur gurih melayu terbenam bersama nasi KFC, oh enaknya...

Tiga puluh menit sebelum cek in, email notifikasi baru muncul. “I’m gonna wear I love JKT” tulisnya, “see you @meeting poing brunei airport”. Saya dapat jawaban dari kawan CS di Brunei yang akan menampung saya malam ini disana, Alhamdulillah, seneng atiku :D

Konter check in Malaysia Airlines jadi satu dengan Maswings. Mereka masih satu keluarga. Karena jarak tempuh KK-Brunei tak sampai sejam, saya terbang bersama Maswings.


David nama panggilannya, nama scientific-nya David Louis Santa Monica. Tinggal di Bandar Sri Begawan. Jelas itu bukan nama melayu, apa lagi nama jawa. Kalau jawa pasti namanya David Jono Utomo. Dia orang Filipina, mengadu nasib di brunei jadi tenaga pengajar matematika di SD. Seperti janjinya, kami bertemu di meeting point bandara. Dia menjemput saya dengan mobil sedan lalu menghantar saya keliling kota sebelum menuju rumanya. Tak lama saya di Brunei kali ini, hanya semalam saja. Saya sempatkan berfoto di depan masjid Hassanal Bolkiah. Esok pagi saya terbang ke Kuala Lumpur sebelum melanjutkan perjalanan selanjutya ke Penang.

NEXT: SEASON 4 Chapter 8

Monday, September 10, 2012

SEASON 4 Chapter 7 (Borneo Coast to Coast) Bag 2

Previous post here


Berhubung saya hanya sebentar saja di bandara ini, niat untuk keluar bandara dan jalan2 saya urungkan dulu. Waktu 5 jam di Kinabalu saya habiskan dengan OL, makan, dan tidur.
Ada dua terminal di bandara Kota Kinabalu (KK), terminal 1 dan 2, dua-duanya dihuni maskapai internasional dan lokal. Bingung? Haha, iya bingung. Lebih bingung lagi jika tiket yang dipegang tidak tertulis jelas di bandara mana pesawat akan mendarat. Seperti yang kualami. Airasia dari Taipei mendarat di terminal 1 sedangkan Malaysia Airlines yang akan membawaku ke Brunei berangkat dari terminal 2. Selain waktuku habis untuk OL, makan, dan tidur, pindah antar terminal juga membutuhkan waktu yang tidak sebentar karena letaknya cukup jauh, 15 minit by teksi jika tidak macet.

Ingin sekali rasanya singgah disini beberapa hari untuk keliling menapaki kota yang sedang tumbuh ini. Kinabalu memiliki pantai, hutan, dan gunung yang indah. Letaknya strategis di ujung Borneo, dan bersanding dengan Filipina, Brunei, Taiwan dan China, serta Hongkong dan Macau.

Sebenarnya apa sih yang menjadikan kota ini tampak bagus dan tumbuh begitu cepat? Ya, seindah dan sebagus-bagusnya tempat wisata negara tetangga, rasanya masih kalah jauh dibanding negaraku. Hanya saja, bedanya, Indonesia belum berani menggarap pasar dari peluang besar usaha di sektor wisata, entah kenapa. Sedangkan KK begitu dinamis bergerak maju sehingga menjadikan Kinabalu sebagai destinasi favorit wisatawan. Seakan ingin menyaingi Brunei yang hanya berukuran sepadan sekecil KK, terlihat sekali usaha pemerintah Malaysia memajukan sektor pariwisata di kota ini. Mulai dari perombakan fasilitas umum dari dan menuju titik titik wisata termasuk jalur darat Brunei-KK, hingga dibukanya rute-rute penerbangan langsung ke berbagai negara seperti Hongkong, Manila, Brunei, China, Taiwan, Korsel, dan Indonesia (Jakarta dan Bali). Apa yang mereka jual dari rute penerbangan langsung ini? Gunung Kinabalu! Bagaimana wisatawan asing bisa tahu gunung ini? Promosi besar2an! Promosi yang mengatakan Gunung Kinabalau adalah gunung tertinggi di Asia Tenggara. Oh, ya? Coba bandingkan berapa banyak wisatawan asing yang tahu tentang Gunung dan Puncak Jaya di Papua!


Dimanapun, tempat apapun, semua memiliki potensi wisata. Jika potensi ini digali dengan serius dan dikerjakan secara professional disertai dukungan penuh, semua sektor akan tumbuh beriringan. Politik, pendidikan, ekonomi, seni dan budaya. Itulah yang sedang dilakukan oleh kota ini, membangun wisata. Terbukti, 5 jam di KK membuatku ketagihan. Sempat kuintip sudut kota dari dalam jendela taksi. Gairah masyarakat menyatu dengan semangat urban, disisi lain alam yang menakjubkan menyapaku dari cakrawala, dibalik pegunungan itu. Bisa atau tidak, jelas suatu saat nanti saya akan kembali kesini, menaklukkan gunung itu. Semoga waktu transit yang singkat ini memberiku cukup pelajaran untuk lebih mencintai wisata, dimanapun.

NEXT: SEASON 4 Chapter 7 (bag 3)

Friday, September 7, 2012

SEASON 4 Chapter 7 (Borneo Coast to Coast)

Previous post here

KK (baca: KeKe), singkatan keren dari Kota Kinabalu.

Borneo dikuasai tiga negara. Brunei, Malaysia, dan Indonesia (kadang Filipina ikut2an). Beragam cara mereka lakukan untuk menarik jumlah pengunjung, apalagi kalau bukan dalam rangka pertumbuhan ekonomi dan pariwisata. Terlebih nama borneo tidaklah asing di jagat pariwisata. Mereka Seakan menawarkan pada dunia “inilah kami, negara borneo yang cantik dan memesona. Datanglah kemari dan nikmatilah laut kami, penyu yang lucu-lucu, hutan perawan dan gunung yang gagah ini”. Usaha keras itu tampak salah satunya dengan dibukanya jalur penerbangan internasional langsung dari dan ke borneo. KK contohnya, banyak penerbangan internasional langsung menuju ibukota sabah ini. Korea, China, Hongkong, Macau, Brunei, Singapura, Taiwan, Filipina, dan Indonesia. Alhasil, keberhasilan pembangunan kilat di KK pun kentara.

Dari Taipei  saya tempuh perjalanan udara menuju KK menggunakan Airasia. Bandara terbesar kedua di Malaysia setelah Kuala Lumpur ini memiliki 2 terminal. Saya tiba di KKIA pukul 13.15. Tiga jam  di KK saya sempatkan keliling kota sekitar bandara saja karena saya harus ke Brunei malam nanti. Tak ada shuttle antar bandara disini. Dari terminal 1 saya berganti menuju terminal 2 menggunakan taksi tak kurang dari 30 menit. Walau tidak cukup lama, saya sempat menikmati pemandangan kota karena perjalanan antar terminal harus melalui jalan utama. Kota ini tampak bergairah dan tertib. Transportasi memadai dan lalu lintas cukup nyaman.


Sebagai ibukota Sabah, KK memiliki cukup banyak tempat yang layak untuk di explorasi, salah satu yang paling terkenal adalah Kinabalu National Park dengan gunung kinabalu sebagai destinasi utamanya. Dalam hati saya berjanji suatu saat nanti pasti saya akan menggapai puncak itu, menaklukkanmu wahai kinabalu, paling tidak naik gunungnya saja lah, sambil membangun tenda dan menghabiskan malam romantis disana, di depan api unggun. Amboyyy...

NEXT: SEASON 4 Chapter 7 (bag 2) 

Monday, September 3, 2012

SEASON 4 Chapter 6 (Tamsui Port)

Previous post here

Hari kelima, kembali ke Taipei, saya akan menemui mbak Lusssy, minta ijin numpang tidur lagi di rumahnya, kalo boleh, haha. Eh, saya malah dijemput di stasiun… lumayan hemat ongkos kirim, eh ongkos transport, 150 TWD :}

Hari keenam, saya diantar mbak Lussy sekeluarga ke Tamsui, menemui teman CS. Chen, mahasiswa di Tamsui, ngekos di apartemen. Saya akan tinggal di apartemennya malam ini. Mbak Lussy sekeluarga heran kok saya bisa kenal orang asli sini, padahal baru pertama kali kesini, kenal darimana, pernah ketemua apa belum, sudah pernah ngobrol berapa kali, orangnya baik apa jahat, terus kalau saya nanti disantet atau diperkosa gimana… Plis deh mbakkkk, pernikahan lintas FB dan pertemanan lintas benua sudah bukan barang baru. Chen lahir di Taiwan, besar di Taiwan, sekolah dan ngekos juga di Taiwan, dia juga hafal lagu kebangsaan Taiwan, jadi dia made in Taiwan, bukan made in China. So, don’t worry.

Tamsui (Danshui/Danshuei/Tanshui) emang aduhai…cuantik tenan! Terletak di New Taipei City, bagian utara Taiwan, Fort San Domingo, old street, dan dermaga adalah tiga tempat yang wajib dikunjungi disini, selain kuil dan kompleks cathedral. Disinilah dulu pusat pelayaran dan perdagangan laut Taiwan berjaya. Salah satu view sunset paling cantik di Taiwan dapat dinikmati disini. Peradaban masa lalu Taiwan juga dapat di teropong dari Museum Tamsui. Kami berdua motoran keliling Tamsui sampai sore. Malam harinya, giliran old street kita hajar!  Aseeeeekkkk!!!


Hari terakhir, jam 06.00 saya diantar Chen ke stasiun Tamsui, menuju bandara untuk bertolak ke Kota Kinabalu, sabah, Malaysia

NEXT: SEASON 4 Chapter 7

Tuesday, August 7, 2012

SEASON 4 Chapter 5 (Di Rumah Majikan)

Previous post here

Seperti Hong Kong, mayoritas pendekar devisa disini adalah WNI. Mereka sangat transparan mudah dijumpai di tempat umum. Jadi, jangan kaget jika melihat banyak rombongan TKI/W berhamburan dimana-mana, dari ujung pasar sampai pangkalan minyak, semua tumplek blek! Begitu turun di stasiun Doliou, saya berjumpa banyak TKI baru turun dari kereta. Rupa rupa TKI jawa timuran dimana mana selalu sama, kami pun ngobrol sebentar (tonggo dewe rek!). Mereka TKI anyar yang akan memulai hari pertama kerja di rumah majikan. Mereka akan digiring ke pangkalan terlebih dulu untuk orientasi.

“Aku ki jane ng kene yo tas teko lho mas, dadi yo ora patek ngerti lor kidul. Wong neng njowo yo eruhe mung mblitar thok” (saya ini sebenarnya juga baru datang lho mas, jadi ya belum tahu mana mana. Di jawa tahunya cuma blitar aja)à TKI asal Blitar
“Ooo, lha sampean ape kerjo neng endi iki?” (ooo, lha kamu mau kerja dimana ini?)
“Neng pabrik, mas” (di pabrik, mas)
“Ambek arek2 kae?” (dengan mereka?)
“He eh” (ho oh)

Tak sampai 15 menit, taxi dari Doliou Station telah mengantarkan saya tiba di rumah majikan tempat sodara saya bekerja. Olalaaa, senangnya bukan main. Sepuluh tahun lebih sodara saya bekerja disini, baru kali ini saya sempat berkunjung, setelah 10 tahun. sepuluh tahun!!! Bloody damn ten years!!! *Momen paling mengharukan sepanjang sejarah perTKWan Taiwan.

Di rumah majikan yg besar ini, saya tidur di lantai atas, bersebelahan dengan kamar anak majikan, Meme. Meme masih duduk di kelas 2 SMA, suntuk karena setiap hari harus dipaksa belajar dan hampir tak punya waktu bermain dengan teman2nya, juga iri dengan diriku yang bisa jalan2 ke Taiwan. Duh, polosnya anak ini… pokoke kamu belajar dulu nduk, besok kalo sudah lulus SMA jalan2 sama mas, oke???


Dua hari di Taichung saya habiskan dengan jalan-jalan. Majikan yang baik ini mengajakku, anaknya, dan sodara saya keliling Taichung. Sambil menceritakan masa depan anaknya, sang majikan rupanya ingin anaknya bisa pandai berbahasa inggris, maka dia memaksa Meme terus kursus dan belajar sampai tengah malam setiap hari. Berangkat jam 7 pagi pulang 5 sore, malam belajar dan menyelesaikan PR. Hari libur dia habiskan untuk les dan kursus.  Come oooooon! hari gini masih maksa anak belajar sampai larut malam hanya untuk  menghafal grammar? Wahh, bisa jebol otak anak anda, Mom! Ajak Meme traveling ke luar negeri, bahasa inggrisnya akan meningkat drastis, kataku. Noooooo! She has to study and study! because she has to be smart! Yoweslah karepmu, fine!

NEXT: SEASON 4 Chapter 6

Saturday, July 14, 2012

Longtrip SEASON 5 Chapter 1 (Viet-Khmer-Thai-Lao)

Pics here
16.25 @SHIA Jakerda --> depart


19.40 arrive. YAYYYYYYY!!!!

Tukar rupiah dulu ke Dong
Bis murah ke kota sudah habis malam hari, taksi mahal coy! 80-150rb VND, 10 kali lipat dari bis
Nginep lesehan di bandara lt 1, diusir petugas. Pindah tidur ke lt 3. Pilih tempat nginep deket toilet biar gk ngompol (aisssssh…!)


Pagi, airport shuttle bus ke Ben Tanh (8rb VND).
Chinatown, Ben Tanh, De Tham. Setelah sejam perjalanan ditempuh......

   
akhirnya tiba di sini!  Pham Ngu Lao. YAYYYYY!!!! 


Jumatan dulu di masjid Dong Du (karna nama jalannya Dong Du), tak jauh dari Opera House & bersebelahan dengan Sheraton Saigon. Malam: Acara bebas

Next day: War Remnants Museum, Cathedral Duc Ba. Mampir ke masjid Dong Du lagi, susur Saigon river, ferry port dan Ho Chi Minh Museum.

Tips:
Kalau landing malam hari dan nggak keburu waktu, better menginap di airport dam ambil shuttle bus esok paginya untuk ke kota.

Lebih baik tukar dolar dulu dari Indonesia sebelum berangkat, rupiah kita disini dihargai murah banget Rp 10rb/dolar atau Rp 10rb/ 20rb VND

Sewa satu motor untuk berdua, lebih hemat karena harga tetap. Oh ya, pilih motor yang bensinnya paling banyak, haha

Pastikan beli tiket bis Vietnam-Cambodia bukan pada saat liburan, otherwise akan penuh semua! Gara2 waktu itu sedang libur nasional, semua bis jurusan Dalat, Nha Trang, Danang, Hoian fullybooked. Aku harus putar2 cari moda transportasi ke Cambodia. Untung ada 1 penumpang cancel. I got 1 last seat! Itupun tujuan Phnom Penh, bukan Siem Reap, tujuan utamaku. Ya sudahlah

Bersambung...

NEXT: SEASON 5 Chapter 2

Friday, June 29, 2012

SEASON 4 Chapter 4 (@ Taichung)

main burung di kobe


habis makan udang

makan udang

keluarga baru (me and ami-chan)

udang hidup

jalan2

motomachi

jalan2

makan malam bersama pakde dan bude :)

circus in motion

dapur majikan

dapur majikan (2)

ruang tamu majikan

backyard majikan

kagak ngerti


makan malam buat dinner

anjing majikan


sampek ndowerrr


tempat ibadah

























































































































































































































































anjing majikan

ayam majikan

sepeda majikan

rumah majikan

pohon majikan (lho?)

punya majikan yang lain
















bersambung

Wednesday, June 6, 2012

SEASON 4 Chapter 3 (Edisi menjemput TKW)

Previous post here

-Soon After Flying Osaka-Taipei-

Hari pertama dan kedua di Taipei, saya menginap di rumah temannya ibunya muridnya ibu saya di SD tempat ibu saya mengajar. Mereka dari Pontianak, sudah lama menikah dan menetap disini. Mbak Lussy dan Mamanya, Ahong anaknya yang sekolah di SD di Taipei, dan suaminya. Mereka baik hati, gaul, dan rame :p

Saya diajak ke Chiang Kai Sek, 101, dan Pagoda. puas jalan-jalan seharian, malam hari saya dibawa ke night market! WAWWWWW, ramai bukan main!!! Ya, Taiwan adalah negara seribu night market, dan selalu ramai.

Berkunjung ke Taipei berarti wajib hukumnya mencicipi tahu amis ala night market (lupa namanya, sepertinya chou dofu), karena baunya amis dan menjijikkan, tapi rasanya… nyim nyam nyummmm…  menggoyang lidah. Saya juga dibelikan sekarung makanan, minuman, oleh2, baju, tas, celana, jaket, kaos kaki…:D


Hari ketiga saya harus bertolak ke Taichung, Taiwan selatan. Mengunjungi sanak sodara. Kali ini saya coba beli Rail Pass Ticket untuk kesana. Pass ini bisa dibeli di hampir semua stasiun dengan menunjukkan Youth Travel Card dan paspor. Youth Travel Card saya peroleh di bandara Touyuan.


Layaknya JR Pass di Jepang, dengan pass ini kita bisa menaiki semua jenis line kreta (kecuali express) tanpa putus alias non-stop! Berbeda dengan JR Pass yang berlaku 5 hari selama sebulan, Raill Pass ini berlaku consecutive. Saya pilih paket 5 hari menyesuaikan dengan jadwal dan budget tentunya. Berhubung sodara TKW ada di Taichung saya manfaatkan pass ini untuk perjalanan PP Taipei-Taichung. Dihitung2 hemat 200 TWD. Lumayan, rek. Kenek gawe tuku sego sambel :}

NEXT: SEASON 4 Chapter 4

Monday, April 30, 2012

Long Trip SEASON 4 Chapter 2 ("Hostel Net" Kobe, Japan: menginap di warnet)

Lanjutan trip sebelumnya (previous post here )

Ohayoooooo! senyum pagi tambah dua jari *nihon style, icik icik ehm!
Bangun, cuci muka, mandi, boker, gosok gigi, keramas, sarapan, packing, kick out (eh, check out). Dari RT Hostel, aku puaskan kaki dan mata dengan keliling Sannomiya Center Street, Seagull Harbour, Kobe Port, Chinatown, Meriken Park. Ini adalah semua tempat yang wajib disambangi saat ke Kobe (mark on your list, WAJIB!). Semuanya ada di pusat kota, tak jauh dari Sannomiya, stasiun pusat di Kobe. Semua bisa ditempuh dg jalan kaki sahaja.

Siang-siang, di dermaga menyaksikan Kobe Port dan laut, asyik tenan! buka bekal makan siang di dermaga sambil niru gaya Leonardo D'Caprio di pilem Ada Apa Dengan Cinta II: kasih makan burung2 emprit yang sedang beterbangan. Eaa! eaaaa!  8-} konyol8-} konyol8-} konyol



Sore sore, bingung cari hostel di Kobe, udah kadung check out dari RT Hostel, malu mau balik lagi, haha. Akhirnya nemu warnet di seberang stasiun kawasan Shinnomiya, Popeye Net. Ya, selain dekat central street, kawasan Shinnomiya juga dijejali warnet terutama game online. Tak hanya remaja dan anak2, eksmud pun banyak yang menghabiskan malam di warnet ini. Rata2 pengelola memanjakan user dengan berbagai servis, seperti di Popeye Net tempat aku menginap. Di lantai 8 gedung yang terletak tepat di depan East Gate Sannomiya Station ini, desain interior dan eksterior dibuat menarik dilengkapi berbagai koleksi buku, mulai dari komik, novel, sampai manga. Buku2 tersebut memenuhi rak yang terpasang di semua dinding warnet. Mau open space, lesehan, matras serbaguna atau massage chair, tinggal pilih. 

Tuh, satpam warnetnya aja keren!
Aku ambil paket 12 jam di private room. Disini aku puas bermanja2 dengan mozilla semalaman sembari menikmati pijat mesin (gretong buuuuuk!). Cocok buat obat pegel linu&capek setelah seharian gendong ransel keliling Kobe. Private room ini dipatok harga 1.800 yen selama 12 jam, open space 1.200 yen/12 jam. Omong-omong, warnet ini lebih terjangkau dan nyaman ketimbang guesthouse dan hostel kapsul yang mematok harga rata-rata 1.800-2.000 yen. Gratis softdrink pula! mau panas, dingin, tinggal pencet sesuai rasa di binding machine. Aku habiskan 5 cangkir tuk teman begadang: kopi, cola, soca peach, & jus buah (sumpe boooooooosss, semuanya gretongannnn???? ssst, jangan bilang-bilang juragan!) :-$ jangan bilang siapa pun!

Kalau mau shower hangat tinggal nambah 200 yen sahaja. Kurang apa cobak?! :> bangga diri Oh iya, selain PC multimedia, di bilik private room ini juga tersedia TV lhooo. Kalau bosen ol, sruput kopi aja, dan pencet TV remote nya. Icik-icik tenan pokoe...

Jadi, Popeye warnet ini adalah kursi pijat stasiun Surabaya Gubeng, warnet Multiplus di gang Karangmenjangan, Hostel Backpacker Kayun, Toko buku Gramedia Manyar, warkop Starbucks Tunjungan, dan XXI Grand City Studio
...bersambung

NEXT: SEASON 4 Chapter 3