Thursday, May 16, 2013

SEASON 5 Chapter 8 (The 2nd Khaosan)

Previous post here

Kereta ekonomi ini mirip Sritanjung Banyuwangi-Surabaya jaman dulu. Tak ber AC. Cara pemeriksaan tiket pun sama, dilubangi dengan stapler. Hanya formasi saja yang beda. Sritanjung berbaris kanan tiga kiri dua, kereta ini berbaris kanan kiri dua. Penghuni gerbong yang saya naiki mayoritas warga Kamboja dan Thailand. Mereka pikir saya berdarah sama dengan mereka, saya diajak ngerumpi. Ah tidak tahunya saya adalah darah biru keturunan wong mbanyuwangi yang tidak bisa meniru bahasa mereka.

Selang sejam berlalu dari Aranyaprathet, petugas KA dibantu polisi setempat melakukan razia dalam kereta. Semua bagasi penumpang diperiksa. Kali aja ada yang bawa bom atau pakaian dalam curian, haha. Denger-denger sih rute Kamboja-Thailand dan perbatasan negara di sekitarnya merupakan jalur emas para smuggler dalam melancarkan aksinya. Tas saya hanya dipegang-pegang lalu petugas melirik paspor hijau yang saya tunjukkan kemudian berlalu ke gerbong 3. Dua orang pemuda di depan saya melontarkan pertanyaan dengan bahasa ah uh ah uh yang saya jawab pakai bahasa Indonesia. Males aja jawab pakai bahasa Jawa karena pasti juga mereka ndak mudeng. Akhirnya empat jam sisa perjalanan ini saya manfaatkan untuk merajut mimpi sampai pulas.


Senja di Bangkok menampakkan pesonanya. Menjelang magrib kereta memasuki wilayah Bangkok membangunkan geliat malam sang Gajah Putih. Jajaran cahaya Pagoda menyulut disetiap pucuknya menghias denyut malam ibukota. Segera saya bergegas kemasi barang dan pamitan dengan rekan duduk sebelah. Stasiun Hualamphong adalah stasiun kereta terbesar di Bangkok. Usai turun saya langsung menuju Khaosan untuk menginap malam ini.


Dua ribu sembilan adalah kunjungan pertama saya ke luar negeri. Bangkok adalah jujugan pertama saya, dan Khaosan adalah tempat wisata luar negeri pertama yang saya singgahi. Menjejakkan kaki di Khaosan serasa mengenang kembali kembara wisata gajah putih tiga tahun silam. Bersama kawan-kawan seperjuangan dari Eropa menyusur setiap sudut wilayah Bangkok. Saya kembali terkesan. 

NEXT: SEASON 5 Chapter 9

Sunday, May 5, 2013

SEASON 5 Chapter 7 (Accros Khmer-Thai Border)

Previous post here

Dua hari sebelum berangkat ke Bangkok saya diantar Lenly dan Veasna pesan karcis (ejaan baru: tiket) untuk ke poipet, perbatasan Kamboja-Thailand. Hari H pagi pukul pukul 08.00 van yang saya pesan tiba di hotel jemput saya untuk berangkat ke Poipet. 2,5 jam perjalanan Siem Reap-Poipet saya habiskan dengan tidur karena semalam terlalu banyak habiskan kopi.

Terminal Bungurasih sepertinya lebih bersih ketimbang imigrasi Poipet. Selepas meningggalkan Poipet dan memasuki Thailand saya bingung karena rencana saya adalah naik kereta ke Bangkok sedangkan kereta berangkat setengah jam lagi. Setelah tanya pak polisi di pinggir jalan akhirnya saya disarankan naik tuktuk saja 30 baht. Saya bersama dengan seorang ibu muda dan anaknya naik tuktuk menuju stasiun Arenyapathet. Dari dulu entah sampai kapan orang Thailand terbata-bata bercakap bahasa inggris. Satu tuktuk tak ada yang bisa bahasa inggris, termasuk pak kusir. Saya berasa jadi bule pintar.

Imigrasi Poipet

Antri paspor = antri BLT

Stasiun Arenyaphathet

Inside the train

Cek tiket